Tanpabanyak bicara, Abu Nawas pun menunjuk keenam orang yang dibawanya itu, “Inilah mereka, tuanku Syah Alam.” “Hai, Abu Nawas, apa yang kau tunjukkan kepadaku itu?” “Ya, tuanku Syah Alam, tanyalah pada mereka hari apa sekarang,” jawab Abu Nawas. Ketika Sultan bertanya, ternyata orang-orang itu memberikan jawaban berbeda-beda. Bicarayang Baik, Jangan Ghibah, Jangan Menuduh Kafir dan Munafik Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur. Inti ayat ini adalah. Pertama: Allah lak yang memiliki segala kemuliaan dan asal kemuliaan itu dari Allah subhanahu wa ta’ala. MunafikYang Pandai Bicara Perjungan agama Islam terasa berat ketika ada beberapa orang yang sengaja merongrongnya dari dalam. Dalam perjalanan tarikh baginda Nabi, ada orang-orang munafik yang Allah jadikan sebab turunnya beberapa ayat al-Quran, salah satunya adalah kisah Julas bin Suwaid yang tertera dalam surat at-Taubah ayat 74. cash. – Argumentasinya bernas, lengkap dengan kutipan dari literatur, mengutip perkataan ulama, alur penyampaiannya teratur dan logikanya terstruktur, namun sayang semua itu dia gunakan untuk mendukung kemaksiatan dan kesesatan. Di zaman ini, potret di atas sering kita dapati pada beberapa orang yang biasa disebut cendekiawan muslim. Ada yang membela LGBT, ada yang menetang syariat Allah da nada pula yang menistakan syariat Allah. Potret-potret semacam itu mengingatkan kita tentang sabda Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wasallam– perihal para munafik aliimul liisan. Munafik yang pandai bersilat lidah. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan keberadaan orang-orang munafik ini, para pembual yang pandai mengolah kata dan pandai berbicara. Beliau bersabda إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti menimpa umatku, adalah setiap munafik yang pandai bicara bersilat lidah.” HR. Ahmad no. 143 Senada dengan itu, suatu ketika Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhu naik mimbar kemudian berpidato إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ الْمُنَافِقُ الْعَلِيمُ ، قِيلَ وَكَيْفَ يَكُونُ الْمُنَافِقُ عَلِيمٌ ؟ قَالَ عَالِمُ اللِّسَانِ، جَاهِلُ الْقَلْبِ وَالْعَمَلِ “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umat ini adalah orang pintar yang munafik. Para sahabat bertanya Bagaimana bisa seseorang itu menjadi munafik yang pintar? Umar radhiyallahu anhu menjawab “Yaitu orang yang pandai berbicara bak seorang alim, tapi hati dan perilakunya jahil”. Ihya Ulumuddin, hlm. 1/59 Adapun maksud dari Alimul Lisan pandai bicara adalah mereka mempergunakan kepandaian agamanya mempengaruhi manusia, menggunakan dalil-dalil tapi tidak mengamalkannya, banyak berkata-kata sesuai pesanan yang membayarnya dan memperindah perkataannya untuk menarik masa sebanyak-banyaknya. Al-Imam Muhammad Al-Munawi rahimahullah menjelaskannya untuk menerangkan hadist di atas عليم اللسان أي عالم للعلم منطلق اللسان به، لكنه جاهل القلب فاسد العقيدة، يغر الناس بشقشقة لسانه، فيقع بسبب تباعه خلق كثير في الزلل “Yang dimaksud dengan “’alim lisannya” yaitu dia alim terhadap ilmu dan lisannya lugas menyampaikan ilmu, akan tetapi jahil bodoh hatinya lagi rusak akidahnya, dia menipu manusia dengan kefasihan lidahnya, sehingga banyak orang tersesat karena mengikutinya.” Faidhul Qadir, 1/221 Contoh Munafik Aliimul Lisan disebutkan oleh Al-Munawi di dalam Faidhul Qadir adalah Dzul Khuwaishirah at-Tamim an-Najdi. Dia adalah orang yang menampakkan kesholehan di hadapan orang banyak, terlihat tanda-tanda atau bekas ibadah sunnahnya namun berakhlak buruk, seperti suka mencela, merasa paling benar, buruk sangka kepada kaum muslim dan keras kepada kaum muslim namun lemah lembut kepada orang kafir. Orang seperti ini sangat hina, mereka berbusana Islam tapi bertujuan untuk menyobek-nyobek busana tersebut, merusak citra Islam. Kisah Dzul Khuwaisirah ini diceritakan dalam riwayat al-Bukhari dalam Shahih-nya بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ، جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ذِي الْخُوَيْصِرَةِ التَّمِيمِيُّ، فَقَالَ ” اعْدِلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ، قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَهُ Ketika Nabi shallallaahu alaihi wa sallam sedang membagi harta rampasan, tiba-tiba Abdullah bin Dzil-Khuwaishirah At-Tamiimiy datang, lalu berkata “Berbuat adillah wahai Muhammad !”. Beliau shallallaahu alaihi wa sallam bersabda “Celaka engkau. Siapakah yang akan berbuat adil jika aku tak berbuat adil ?”. Mendengar itu Umar bin Al-Khaththaab berkata “Ijinkanlah aku untuk memenggal lehernya !”. HR. Al-Bukhari no. 6933 Kisah tersebut menceritakan bahwa Dzul Khuwaishirah meminta Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam untuk berbuat adil. Dia menggunakan kata adil, bukan untuk menuntut keadilan, namun dia meggunakan kata tersebut untuk menyerang pribadi Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, tujuannya agar para sahabat menganggap beliau membagi ghanimah secara tidak adil. Pola seperti ini juga yang dilakukan hari ini, mereka mengesankan dirinya membela kebenaran dengan berbagai argumentasi yang seolah-olah syar’i, namun pada hakikatnya mereka sedang menyerang Islam, membela kemungkaran dan menggerogoti sendi-sendi Islam secara perlahan. Mewaspadai Munafik yang Pandai Bicara Di era keterbukaan informasi, orang munafik justru menampakan diri secara terang-terangan. Mereka menggunakan atribut-atribut keislaman, didapuk sebagai representasi ormas Islam, namun pemikiran jauh dari Islam, bahkan mendekati kekafiran. Mereka tidak hanya dari kalangan miskin ilmu, bahkan mereka intelektual dan cendekiawan Muslim, namun mereka mencampurkan yang haq dengan yang bathil, memelintir dalil-dalil, dan mengolah kata-katanya sehingga tampak benar. Orang-orang munafik ini pun mengaku dirinya yang paling Islam, padahal tidak, tujuannya adalah menipu umat Islam. Ketika umat Islam sudah terbius dengan penampilan mereka, mereka mulai menampakan pemikiran-pemikiran aneh dan menyimpang kepada masyarakat. Jurus andalan mereka adalah kepandaian mereka dalam berbicara, berdebat dan berargumen. Kepada orang-orang munafik ini, hendaknya kita menjauhi mereka dan tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Sebagaimana firman Allah ta’ala وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa akan larangan ini, maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat akan larangan itu.” QS. Al-An’am 68 Demikianlah yang dilakukan oleh para ulama terdahulu, orang-orang munafik yang pandai bersilat lidah ini hendaknya ditinggalkan. Sebagaimana yang dilakukan Ibnu Sirin rahimahullah dalam Sunan Ad-Darimi dari Asma’ bin Ubaid دخل رجلان من أصحاب الأهواء على ابن سيرين فقالا يا أبا بكر، نحدثك بحديث؟ قال لا، قالا فنقرأ عليك آية من كتاب الله؟ قال لا، لتقومان عني أو لأقومن. قال فخرجا، فقال بعض القوم يا أبا بكر، وما كان عليك أن يقرآ عليك آية من كتاب الله تعالى؟ قال إني خشيت أن يقرآ علي آية فيحرفانها فيقر ذلك في قلبك “Dua orang ahli Bid’ah menemui Ibnu Sirin, kemudian berkata Wahai Abu Bakar, mau kah kamu mengecek hafalan hadist kami? Ibnu Sirin menjawab tidak. Lantas keduanya berkata “Kami ingin kamu mengecek pemahaman kami terhadap kitabullah? Ibnu Sirin menjawab tidak, hendaknya kalian pergi atau aku yang pergi. Maka Asma’ bin Ubaid meneruskan, mereka berdua pergi kemudian seseorang bertanya “Wahai Abu Bakar, mengapa kamu menolak mereka yang ingin mengecek pemahamannya tentang ayat-ayat al-Qur’an kepadamu? Ibnu Sirin menjawab “Saya khawatir mereka berdua akan membacakan beberapa ayat di hadapanku kemudian memelintir maknanya, dan kesesatan yang mereka sampaikan membekas di hatimu.” Sunan ad-Darimi no. 400 Keberadaan orang munafik sangat membahayakan, potensinya akan membawa umat kepada penyimpangan dan hancurnya Islam dari dalam. Dalam kehidupan, mereka tampak seperti saudara namun dalam pemikirannya mereka memusuhi Islam dan mengkhianati Islam. Apapun yang mereka ucapkan tidak lain karena motivasi duniawi atau pesanan dari pemilik kekuasaan. wallahu alam bish showab.. Al bani/ Munafik atau disebut juga nifak merupakan perbuatan ketika seseorang cenderung menampakkan sisi baik dibandingkan buruk. Dalam bahasa Arab, munafik artinya “orang yang berpura-pura”. Agar hidup senantiasa nyaman, penting bagi Parents mengetahui apa saja ciri-ciri orang munafik. Mundur ke belakang, orang munafik mengakui Rasulullah padahal memusuhi agama Islam. Orang seperti ini sangat pandai bermain watak dan tidak sungkan bermuka manis di hadapan banyak orang untuk menyembunyikan keburukan. Peristiwa ini tergambar dalam QS. Al-Baqarah ayat 8 وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ Artinya Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Itulah sebabnya orang munafik mendapat ancaman dengan balasan neraka di tingkat paling bawah, dibenci Allah SWT, serta di akhirat nantinya akan dipisahkan dari golongan orang beriman. Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 145 إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا Artinya Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. 7 Ciri-ciri Orang Munafik Selain definisi, sejatinya ciri orang yang munafik telah tercantum dalam Alquran. Mengutip berbagai sumber, berikut ulasannya 1. Ingkar Janji Ciri pertama adalah orang munafik gemar mengingkari janji. Selain perkataan, perbuatannya pun sulit ditepati. Dengan kata lain, seseorang yang munafik akan sulit memegang janjinya sendiri yang telah ia terbarkan kepada orang lain. Dalam Islam, menepati janji hukumnya wajib seperti tercantum dalam QS. An-Nahl ayat 91 yang artinya “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpahmu itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu terhadap sumpah-sumpahmu itu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” Artikel terkait 15 Ciri-Ciri Anak Indigo, Apakah Si Kecil Juga Memilikinya? 2. Gemar Berdusta Selanjutnya adalah gemar berdusta adalah tindakan yang sangat identik dengan orang munafik. Padahal, sifat ini sangat dibenci oleh Allah SWT. Seperti tertera dalam salah satu hadits “Tanda orang munafik ada tiga, salah satunya adalah jika berbicara dia dusta.” HR. Bukhari dan Muslim Sebenarnya, ada banyak motif mengapa seseorang memilih berbohong, salah satunya sebagai cara agar lawan bicara bisa percaya dengan apa yang dikatakan. Saking lazimnya, banyak juga orang yang berbohong atas nama kebaikan. Kendati begitu, bohong tetaplah merupakan kebohongan dan umumnya akan berlanjut pada dusta lainnya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab ayat 24 yang artinya “Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 3. Berkhianat Selain manusia amanah, ada juga sosok manusia yang khianat. Adapun amanah adalah melaksanakan kewajiban yang sudah disanggupi, sementara khianat adalah berlaku curang atau membatalkan kewajiban. Awas, ini merupakan salah satu ciri-ciri orang munafik. Semua hal yang kita nikmati di dunia, selain dari kerja keras dan usaha adalah bentuk titipan dari Allah SWT. Bila Allah SWT telah menitipkan sesuatu kepada kita, sudah sepatutnya untuk menjaga titipan itu demi kebaikan. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 58 yang artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya….” Sayangnya, orang munafik akan mengingkari apa yang sudah dititipkan alias tidak menjaganya dengan baik, bahkan menghancurkannya. Oleh karenanya, alangkah baiknya tidak perlu berjanji jika belum mampu menepati. Artikel terkait Waspada Predator Anak! Kenali 7 Ciri-Ciri Pelaku Pedofil Berikut ini 4. Malas Beribadah Enggan beribadah juga merupakan tanda orang munafik yang perlu diwaspadai. Bukan tanpa alasan, orang munafik selalu beranggapan beribadah adalah beban berat untuk dijalani. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 142 yang artinya “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya dengan shalat di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” Kalaupun sekali waktu beribadah, orang munafik bisa diperhatikan dari cara sholatnya. Mereka melakukan sholat tidak khusyuk serta mempercepat gerakan dan bacaan sholatnya. Seperti dikatakan hadits Nabi berikut ini “Itulah salat orang munafik. Itulah salat orang munafik. Itulah salat orang munafik. Yaitu dia menunggu matahari sampai hampir terbenam kemudian dia berdiri untuk sholat asar, lalu mempercepat tanpa ada rasa khusyuk sedikitpun empat rakaat, tanpa mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit sekali.” HR Muslim. 5. Menyampaikan Sumpah Palsu Pernahkah Parents mendengar seseorang yang dengan mudahnya mengucapkan Demi Allah’? Terlebih ucapan ini dilontarkan ketika melakukan sebuah kesalahan, tanpa memikirkan dosa atau dampak apa yang akan diterima. Inilah ciri munafik yang sebaiknya dihindari. Perihal orang yang suka memberikan sumpah palsu ini telah dijelaskan dalam Alquran surat Al-Munafiqun ayat 2 yang artinya “Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi manusia dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.” Artikel terkait Ciri Keluarga Disfungsional dan Dampak Negatifnya untuk Anak, Waspada! 6. Fujur dalam Pertikaian Fujur adalah keinginan untuk selalu merasa menang sendiri, alias tidak menerima kekalahan. Allah SWT berfirman dalam QS. Asy-Syams ayat 7-10 yang artinya “Demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Allah SWT sejatinya memberikan jiwa manusia dua sifat, yakni fujur kefasikan dan taqwa. Sifat fujur diciptakan untuk memaksimalkan sifat taqwa setiap manusia agar menjadi pribadi yang mulia. Orang yang memilih jalan fujur akan membiarkan akalnya melanglang buana melalui jalan sesat sehingga pemikirannya akan berseberangan dengan fitrah pencipta. Akibatnya, imannya menjadi lemah. 7. Riya Sifat sombong yang sangat tercela dan dibenci Allah SWT adalah riya. Riya atau sombong adalah perilaku yang sampai saat ini masih ada saja orang yang melakukannya. Orang pemilik sifat ini cenderung sombong dengan apa yang mereka miliki, sehingga membuat dirinya menjadi orang yang tinggi hati dan jahat. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ma’mun ayat 4-7 yang artinya “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang berguna, sedikit berzikir.” Orang yang sudah berbuat munafik juga cenderung bangga dengan perbuatan salah yang telah dilakukannya. Tidak jarang, golongan ini akan menempuh jalan apapun demi mencari pembenaran atas perbuatannya. Parents, itulah deretan ciri-ciri orang munafik dan semoga kita semua terhindar dari sifat ini. Baca juga 7 Ciri Seorang Perempuan Disukai oleh Jin, Kenali dan Waspadai! 10 Ciri Pubertas pada Anak Perempuan dan Laki-laki, Parents Perlu Pahami 8 Ciri-Ciri Wanita yang Menutupi Perasaan Cintanya, Pasangan Anda Termasuk? Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android. Ada sebagian mengaku dirinya Islam, pandai bicara, pidatonya bagus, orasinya membuat berdecak kagum, penapilanya menarik, tetapi permusuhanya pada Islam tinggi, dialah munafik Oleh Dr Ahmad Zain An-Najah DI ANTARA ciri dan tanda orang munafik adalah memiliki penampilan menarik, gayanya yang memuka dan pandai dalam berbicara. Tanda-tanda ini disampaikan Allah Subhanahu Wata’ala dalam Surat Al-Baqarah ayat 204-207. وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّعْجِبُكَ قَوْلُهٗ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللّٰهَ عَلٰى مَا فِيْ قَلْبِهٖ ۙوَهُوَ اَلَدُّ الْخصام “Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau Muhammad, dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras. QS Al-Baqarah [2] 204 Sebab turunnya ayat 1 Diriwayatkan bahwa ayat ini turun pada Akhnas bin Syuraiq Ats-Tsaqob mendatangi Rasulullah ﷺ dan mengakui sudah masuk Islam. Setelah pergi ia melewati ladang dan sejumlah keledai milik orang Islam, ia membakar ladang dan membunuh keledai. Maka turunlah ayat ini. 2 Riwayat lain disebutkan oleh Ibnu Abbas bahwasannya ayat ini diturunkan berkenaan dengan beberapa orang dari kalangan orang-orang munafik. Mereka membicarakan dan mencaci maki Khubaib dan para sahabatnya yang terbunuh dalam peristiwa Ar-Raji. Kemudian Allah menurunkan ayat yang mencela orang-orang munafik dan memuji Khubaib dan para sahabatnya dalam Surah Al-Baqarah 207. وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّعْجِبُكَ قَوْلُهٗ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللّٰهَ عَلٰى مَا فِيْ قَلْبِهٖ ۙ وَهُوَ اَلَدُّ الْخِصَامِ “Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau Muhammad, dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras.” QS Al-Baqarah 207 Pandai berbicara Pertama, ayat di atas menunjukkan bahwa ada sebagian yang mengaku dirinya orang Islam, dia pandai bicara, pidato dan ceramahnya menarik banyak orang, orasinya membuat banyak orang berdecak kagum, tutur katanya urut, runtut dan teratur, tidak ada orang yang mendengarnya kecuali tertarik dengannya. Tetapi sejatinya, hatinya sangat benci dengan Islam , tidak senang ajaran Islam tegak di muka bumi. Dia sedih jika umat Islam mendapatkan kemenangan, sebaliknya dia senang jika umat Islam terpuruk dan mengalami kemunduran. Allah Subhananhu wa Ta’ala berfirman, وَاِذَا رَاَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ اَجْسَامُهُمْۗ وَاِنْ يَّقُوْلُوْا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْۗ كَاَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ ۗيَحْسَبُوْنَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْۗ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْۗ قَاتَلَهُمُ اللّٰهُ ۖاَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ “Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka berkata, engkau mendengarkan tutur-katanya. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh yang sebenarnya, maka waspadalah terhadap mereka; Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan dari kebenaran?” QS Al-Munafiqun [63] 44 Selain kata-katanya menarik, menurut ayat di atas kadang orang munafik berpenampilan sangat menarik dan menyakinkan juga. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman, فَلَا تُعْجِبْكَ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ ۗاِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ اَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كٰفِرُوْنَ “Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir.” QS At-Taubah [9] 55. Juga dikuatkan dengan firman-Nya, وَلَا تُعْجِبْكَ اَمْوَالُهُمْ وَاَوْلَادُهُمْۗ اِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّعَذِّبَهُمْ بِهَا فِى الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ اَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كٰفِرُوْنَ “Dan janganlah engkau Muhammad kagum terhadap harta dan anak-anak mereka. Sesungguhnya dengan itu Allah hendak menyiksa mereka di dunia dan agar nyawa mereka melayang, sedang mereka dalam keadaan kafir.” QS At-Taubah [9] 85. Dua ayat di atas melarang umat Islam agar tidak terpedaya dan kagum dengan harta dan pengikut mereka. Jadi kalau disimpulkan dari empat ayat di atas, didapatkan bahwa sebagian orang munafik mampu membuat orang Islam kagum dan tertarik dalam empat hal; Perkataan orasi dan pidato mereka.QS. Al-Baqarah[2] 204, QS. Al-Munafiqun [63] 4. Penampilan mereka yang sangat menarik dan menyakinkan QS. Al-Munafiqun [63] 4 QS. At-Taubah [9] 55 dan 85 Anak atau Pengikut mereka yang banyak. QS. At-Taubah [9] 55 dan 85 Kedua, orang munafik mempersaksikan apa yang ada di dalam hatinya kepada Allah. Ini mirip denga firman-Nya, يَّسْتَخْفُوْنَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُوْنَ مِنَ اللّٰهِ وَهُوَ مَعَهُمْ اِذْ يُبَيِّتُوْنَ مَا لَا يَرْضٰى مِنَ الْقَوْلِ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطًا “Mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridai-Nya. Dan Allah Maha Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan.” QS. An-Nisa [4] 108 Sebagian ulama membaca ayat itu dengan, memfathahkan huruf ya’ dan mendhommahkan lafadz Allah, yang artinya “Dan Allah mempersaksikan apa yang ada di dalam hatinya.” Hal ini mirip dengan firman Allah, اِذَا جَاۤءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ ۘوَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُهٗ ۗوَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَكٰذِبُوْنَۚ “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu Muhammad, mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” QS Al-Munafiqun [63] 1 Penentang yang keras وَهُوَ اَلَدُّ الْخِصَام “Padahal dia adalah penentang yang paling keras.” 1 Ayat ini menunjukkan sifat munafik yang selanjutnya yaitu penentang yang paling keras. 2 Didalam hadist Aisyah Radhiyallahu anha bahwa Rasulullah ﷺbersabda, عن عائشة -رضي الله عنها- قالت قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلى اللهِ الأَلَدُّ الخَصِمُ “Sesungguhnya Allah -Tabāraka wa Ta’ālā- membenci orang yang keras kepala dalam pertikaian dan selalu berselisih tanpa mau tunduk kepada kebenaran.” HR. Al-Bukhari Sebagaimana mengartikan Al-Aludd, Al-Khasim adalah orang yang susah ketika berselisih dan besar permusuhannya. Di dalam firman Allah disebutkan, فَاِنَّمَا يَسَّرْنٰهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَتُنْذِرَ بِهٖ قَوْمًا لُّدًّا “Maka sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan bahasamu Muhammad, agar dengan itu engkau dapat memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar engkau dapat memberi peringatan kepada kaum yang membangkang.” QS. Maryam [19] 97 “Luddan” pada ayat di atas artinya yang menyimpang atau membangkang dan ngeyel. Ini dikuatkan di dalam hadist lain, وإذا خاصم فجر آية المنافق ثلاث إذا حدّث كذب، وإذا وعد أخلف “Tanda munafik ada tiga, jika berbicara berdusta, jika berjanji ia ingkar dan jika bertengkar ia berbuat jahat.” Membuat Kerusakan وَاِذَا تَوَلّٰى سَعٰى فِى الْاَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيْهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَ اللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ “Dan apabila dia berpaling dari engkau, dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan.” QS Al-Baqarah [2] 205 1 Salah satu ciri orang munafik adalah jika berpaling dari Nabi Muhammad ﷺdia berusaha untuk membuat kerusakan di muka bumi di antaranya dengan merusak tanam–tanaman dan memusnahkan tempat berkembang biaknya hewan- hewan. Hal ini ditunjukkan oleh Akhnas bin Syuraiq yang membakar ladang dan membunuh keledai, sebagaimana sudah dijelaskan pada sebab turunnya ayat. 2 Ciri orang munafik yang sering membuat kerusakan ini sudah Allah tunjukkan di awal Surah Al-Baqarah di dalam firman-Nya, وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi! ” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.” QS. Al-Baqarah [2] 11 Ini dikuatkan dengan firman Nya, ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” QS. Ar-Rum [30] 41 Tidak menerima nasehat وَاِذَا قِيْلَ لَهُ اتَّقِ اللّٰهَ اَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْاِثْمِ فَحَسْبُهٗ جَهَنَّمُ ۗ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ “Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah,” bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka Jahanam, dan sungguh Jahanam itu tempat tinggal yang terburuk.” QS. Al-Baqarah [2] 206 1 Sifat orang munafik yang kelima, adalah jika dikatakan kepadanya, “Bertaqwalah kepada allah” dan jangan membuat kerusakan di muka bumi. Dia berpaling dan tidak mau menerima nasehat. Dia merasa tinggi dan lebih. Kemudian mudah melakukan dosa lagi. Maka jawaban mereka adalah “ justru kami ini melakukan perbaikan.” QS Al-Baqarah [2] 11. 2 Diceritakan bahwa seorang Yahudi mempunyai keperluan kepada Harun Ar-Rasyid. Dia menunggu di depan pintunya sampai satu tahun tidak di penuhi keperluannya. Suatu ketika Harun Ar-Rasyid keluar dari istana, melihat hal itu orang Yahudi tersebut segera mengejarnya. Sampai bisa berdiri di depannya. Dia berkata kepadanya, “Bertaqwalah Wahai amirul mukminin.” Maka turunlah Harun Ar-Rasyid dari kudanya dan bersujud. Setelah mengangkat kepalanya, beliau langsung memenuhi kebutuhan orang Yahudi tersebut. Ketika sudah pulang ke istananya, ada yang bertanya, “Wahai amirul mukminin mengapa engkau turun dari kuda, hanya karena permintaan seorang Yahudi?” Harun ar-Rasyid menjawab, “ bukan itu, tetapi saya turun karena teringat dengan firman Allah.” وَاِذَا قِيْلَ لَهُ اتَّقِ اللّٰهَ اَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْاِثْمِ فَحَسْبُهٗ جَهَنَّمُ ۗ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ “Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah,” bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka Jahanam, dan sungguh Jahanam itu tempat tinggal yang terburuk.” QS. Al-Baqarah [2] 206 Berjualan dengan Allah وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَاد “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” QS. Al-Baqarah [2] 207 1 Diriwayatkan ketika Suhaib Ar-Rumi berangkat hijrah ke Madinah, ia dikejar boleh beberapa orang Quraisy, maka ia turun dari kendaraannya lalu memasang anak panah, ia berseru, “Wahai orang-orang Quraisy, kalian tahu bahwa bidikanku sangat jitu. Demi Allah kalian tidak akan mampu menangkapku sebelum kubidikkan semua anak panah yang ku bawa kemudian aku melawan dengan pedang hingga aku habiskan senjata, setelah itu lakukanlah apa yang kalian mau terhadapku. Tapi kalau kalian sudi melepaskan aku, akan kutunjukkan kepada kalian tempat harta bendaku di Makkah.” Mereka berkata, “baiklah.” Setibanya Suhaib di Madinah, Nabi bersabda kepadanya, “transaksimu itu sungguh menguntungkan, wahai Abu Yahya,” maka turunlah ayat ini. 2 Ayat di atas menunjukkan kebalikan dari tiga ayat sebelumnya yang berisi tentang , lima sifat orang munafik, dimana visi dan misinya hanya membuat kerusakan di muka bumi ini untuk kepentingan pribadi, untuk kekayaan dirinya, serta untuk kedudukan yang sedang di kejarnya. Dalam ayat ini Allah menjelaskan sifat orang beriman yang menjual dirinya dan menginfakkan hartanya di dunia ini untuk meraih ridha dan surga Allah. Ini salah satu metode Al-Qur’an sering membuat perbandingan antara dua kelompok manusia, yang kafir dan yang beriman kepada Allah. Dan nasib keduanya di dunia dan di akhirat. 3 Ayat Al-Quran yang sesuai dengan ayat ini adalah firman Allah, اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيُقْتَلُوْنَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِۗ وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, sebagai janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.” QS. At-Taubah [9] 111 Ayat di atas yaitu dalam Surah Al-Baqarah 207 dan dalam At-Taubah 111. Menjelaskan bahwa Allah telah membeli orang-orang yang beriman, harta dan jiwa mereka dengan bayaran surga. Padahal harta dan jiwa orang beriman juga milik Allah, tetapi Allah membelinya dari orang beriman. Hal itu untuk menunjukkan penghormatan dan permuliaan Allah kepada orang-orang beriman yang berjihad di jalan-Nya dengan mengorbankan harta dan jiwanya. 4 Ayat di atas menunjukkan kebolehan seorang muslim yang menebus dirinya dengan hartanya ketika di halang- halangi untuk melaksanakan kewajiban dan ajaran agamanya. Karena Shuhaib ArRumi menebus dirinya dengan semua hartanya agar tidak di halangi untuk pergi berhijrah ke Madinah menyusul Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya.* Sumber HIDCOM

orang munafik yang pandai bicara